Sebagai manusia, tidak dapat dihindari untuk melakukan kesalahan yang berpotensi menyebabkan dosa. Oleh karena itu, kesadaran terhadap dosa dan usaha untuk menghindarinya merupakan aspek yang sangat krusial.
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk selalu taat dan menjauhi perbuatan dosa agar pahala amalan hamba-Nya tetap utuh dan tidak terkikis oleh perbuatan dosa. Termaktub dalam surah Muhammad ayat 33-34, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
۞ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَلَا تُبْطِلُوْٓا اَعْمَالَكُمْ ٣٣ اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَصَدُّوْا عَنْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ثُمَّ مَاتُوْا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَهُمْ ٣٤
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul serta jangan batalkan amal-amalmu! Sesungguhnya orang-orang yang kufur dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Allah, kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, Allah tidak akan mengampuni mereka.”
Setiap muslim harus selalu waspada karena ada dosa yang menghapus pahala sebesar gunung. Berikut perbuatan dosanya.
Perbuatan yang Menghapus Pahala Sebesar Gunung: Melakukan Maksiat Ketika Sendirian
Berbuat maksiat dan melanggar hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika sendirian merupakan perbuatan yang sangat tercela. Hal ini merupakan dosa yang menghapus pahala sebesar gunung.
Mengutip sebuah riwayat dari kitab Sunan Ibnu Majah karya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid al-Qazwini (Ibnu Majah), disebutkan bahwa,
حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ الرَّمْلِيُّ قَالَ: حَدَّثَنَا عُقْبَةُ بْنُ عَلْقَمَةَ بْنِ حُدَيْجِ الْمَعَافِرِيُّ عَنْ أَرْطَاةَ بْنِ الْمُنْذِرِ عَنْ أَبِي عَامِرٍ الْأَنْهَانِي عَنْ ثَوْبَانَ, عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: “لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتِ أَمْثَالِ جِبَالِ تَهَامَةَ بِيْضًا, فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا, قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ! صِفْهُمْ لَنَا, جَلِّهِمْ لَنَا, أَنْ لَا تَكُوْنَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لَا نَعْلَمُ, قَالَ : أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ, وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوْهَا . ” [صَحِيحٌ ” الصَّحِيحَةُ” (٥٠٥)، “الرَّوْضُ النَّصِيرُ (۱۸۱)، ” التَّعْلِيقُ الرَّغِيْبُ”
Dari Isa bin Yunus ar-Ramli, dari Uqbah bin Alqamah bin Hudaij al-Mu’afiriy, dari Arthah bin Mundir, dari Abu Amir al-Alhaniy, dari Tsauban RA, ia meriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa beliau bersabda,
“Niscaya aku mengetahui suatu kaum dari umatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa banyak kebaikan sebesar Gunung Tihamah yang putih, tetapi kemudian Allah menjadikannya (hancur lebur) seperti debu berterbangan.”
Tsauban bertanya, “Ya Rasulullah, jelaskanlah sifat-sifat mereka kepada kami agar kami tidak menyadarinya.”
Beliau menjawab, “Mereka masih termasuk saudara kalian sendiri. Mereka melakukan ibadah malam sebagaimana yang kalian lakukan. Akan tetapi, jika sedang sendirian mereka berani melanggar larangan-larangan Allah.”
Upaya Menghindari Maksiat Ketika Sendirian
Seorang muslim dapat menghindari perbuatan maksiat ketika sendirian dengan mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Merujuk pada buku Manajemen Akhlak Salaf: Membentuk Akhlak Seorang Muslim dalam Hal Amanah, Tawadhu’, dan Malu oleh Abu ‘Amar Mahmud Al-Mishry, seorang hamba harus bermuraqabah (merasa di awasi Allah Subhanahu wa Ta’ala) kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala kapanpun dan dimanapun, baik ketika sendirian atau di tengah keramaian. Sebab, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan melipatgandakan balasan bagi siapa saja yang bermuraqabah.
Termaktub dalam surah Al Mulk ayat 12, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
اِنَّ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ ١٢
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya dengan tanpa melihat-Nya akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut tujuh golongan dari umatnya yang mendapatkan naungan ‘Arasy Ar-Rahman adalah mereka yang bermuraqabah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala ketika mereka sendirian. Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan mereka di dunia dan di akhirat.