Ada banyak ibadah yang disukai Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam semasa beliau hidup. Salah satu ibadah ini mendatangkan ganjaran besar dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Disebutkan dalam Maadza Yuhibbu an Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam wa Maadza Yukrihu karya Adnan Tharsyah, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam suka menjalankan puasa. Selain menjalankan puasa Ramadan, beliau banyak mengerjakan puasa sunnah.

Setiap hari Senin dan Kamis, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam selalu berpuasa. Menurut sebuah hadits, hari Senin dan Kamis adalah hari pelaporan amal manusia dan beliau suka saat amal beliau dilaporkan, beliau dalam keadaan berpuasa. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

تُعْرَضُ الأَعْمَالُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

Artinya: “Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa.” (HR Tirmidzi. At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib)

Saking cintanya beliau terhadap puasa, bahkan, Abu Yu’la meriwayatkan dari Aisyah Radiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Aku ingin saat datang ajalku, aku dalam keadaan berpuasa.”

Adnan Tharsyah menjelaskan, hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya kedudukan puasa dan besarnya keutamaan dan pahalanya. Hal ini diperkuat dengan sebuah hadits yang disampaikan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

“Allah berfirman, ‘Tiap-tiap amal anak Adam itu miliknya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu milik-Ku dan Aku akan mengganjarnya. Puasa itu adalah tameng. Apabila salah seorang di antara kalian berpuasa, maka hendaknya jangan berkata keji dan menghardik. Apabila ada orang menghinanya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaknya ia berkata, ‘Sesungguhnya aku sedang puasa.’ Demi Tuhan yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu lebih harum dari minyak misik di sisi Allah. Bagi orang yang berpuasa ada dua kegembiraan. Apabila datang waktu berbuka puasa, ia akan gembira. Dan, apabila ia menemui Tuhannya, maka ia akan gembira dengan (pahala) puasanya.” (HR Bukhari)

Ganjaran bagi orang yang berpuasa turut disebutkan dalam sebuah hadits qudsi,

يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِي، الصِّيَامُ لِي وَأَنَا أَجْزِى بِهِ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا

Artinya: “Dia meninggalkan makan, minum, dan hawa nafsunya demi Aku. Puasa itu milik-Ku dan Aku akan mengganjarnya, dan satu kebaikan itu imbalannya sepuluh kali lipat.” (HR Bukhari)

Imam Muslim turut meriwayatkan hadits serupa dengan redaksi,

“Tiap amal anak Adam itu akan dilipatgandakan (pahalanya), satu kebaikan setara dengan sepuluh pahala sampai tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman, ‘Kecuali puasa, sesungguhnya itu milik-Ku dan Aku akan mengganjarnya. Ia telah meninggalkan hawa nafsunya dan makanannya demi Aku.'”

Orang yang berpuasa dikatakan akan mendapatkan keistimewaan dan keutamaan khusus saat hari kiamat kelak. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ وَإِنَّ الْقِيَامَة لَا يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، يُقَالُ: أَيْنَ الصَّائِمُونَ؟ فَيَقُومُونَ، لاَ يَدْخُلُ مِنْهُ أَحَدٌ غَيْرُهُمْ، فَإِذَا دَخَلُوا أُغْلِقَ، فَلَمْ يَدْخُلْ مِنْهُ أَحَدٌ

“Sesungguhnya di surga nanti ada sebuah pintu yang diberi nama Ar-Rayyan, yang akan dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa dan tidak dimasuki oleh orang-orang selain mereka. Diserukan kepada mereka, ‘Mana orang-orang yang suka puasa?’ Lalu mereka berdiri. Tidak seorang pun yang akan masuk dari pintu itu kecuali orang-orang yang suka puasa. Apabila mereka telah masuk, maka pintu itu akan ditutup, tidak ada seorang pun yang bisa masuk kecuali mereka.” (HR Bukhari)

Imam besar ahlussunnah wal jamaah, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, turut menukil hadits tersebut dalam kitab Hadil Arwah ila Biladil Afrah.

Ada juga hadits yang menyebut bahwa keutamaan orang yang berpuasa di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala sehari saja, akan dijauhkan dari api neraka 70 tahun. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

ومَا مِنْ عَبْدِ يَصُومُ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا بَاعَدَ اللَّهُ بِذَلكَ الْيَوْمِ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيْفَانَ

Artinya: “Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah, niscaya ia akan dijauhkan oleh Allah wajahnya dari api neraka 70 tahun.” (HR Muslim)

Dijelaskan dalam kitab Taysir Al-‘Allaam Sharh ‘Umdah Al-Hikaam sebagaimana dinukil Azis Arifin dalam buku Menggugat Kritik Matan Mustafa Al-Siba’i, maksud 70 tahun dalam sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tersebut adalah dijauhkan dari api neraka dengan jarak tempuh 70 tahun perjalanan yang artinya didekatkan dengan surga-Nya.

Meski demikian, ada syarat-syarat yang harus dipatuhi oleh orang yang berpuasa. Masih dalam sumber yang sama disebutkan, puasa harus dikerjakan dengan benar, ikhlas, dan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam hal ini, seseorang harus meninggalkan perbuatan dusta dan maksiat yang tampak maupun yang terselubung.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

“Barang siapa yang tidak meninggalkan dusta dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh bila ia meninggalkan makan dan minumnya (puasa).” (HR Bukhari)