Hajar Aswad (Bahasa Arab: الحجر الأسود‎) adalah sebuah batu hitam yang menjadi salah satu elemen penting dalam ibadah haji di Mekah, Arab Saudi. Batu ini terletak di sudut timur Ka’bah dan memiliki makna dan sejarah yang kaya dalam tradisi Islam.

Menurut kepercayaan Islam, Hajar Aswad merupakan batu yang diturunkan dari surga sebagai hadiah untuk Nabi Ibrahim Alaihis Salam dan putranya, Nabi Ismail Alaihis Salam, ketika mereka membangun kembali Ka’bah atas perintah Allah Subhanahu wa ta’ala. Batu ini dianggap suci dan dihormati sebagai tanda sejarah dan warisan para nabi dalam Islam.

Pada saat melaksanakan Tawaf, yaitu mengelilingi Ka’bah tujuh kali dalam arah searah jarum jam, jamaah haji berusaha menyentuh atau mencium Hajar Aswad jika memungkinkan. Namun, karena tingginya jumlah jamaah dan keterbatasan akses, tidak semua orang dapat melakukannya. Karena itu, mencukupkan dengan mengarahkan tangan ke arah Hajar Aswad sambil mengucapkan takbir atau mengisyaratkannya juga diperbolehkan.

Penting untuk dicatat bahwa Hajar Aswad bukanlah objek penyembahan dalam Islam. Ibadah Tawaf dan interaksi dengan Hajar Aswad adalah bagian dari ibadah yang diarahkan hanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Hajar Aswad memiliki makna simbolis dan sejarah yang dalam, mengingatkan umat Muslim akan ketaatan dan kepatuhan Nabi Ibrahim kepada perintah Allah Subhanahu wa ta’ala.

Meskipun Hajar Aswad sering kali menjadi pusat perhatian dan keinginan bagi jamaah haji, penting untuk diingat bahwa ketaatan kepada Allah dan mengikuti tuntunan agama adalah inti dari ibadah haji. Keberkahan dan nilai ibadah haji terletak pada upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memperbaiki diri secara spiritual dalam perjalanan haji

 

Perubahan Warna Hajar Aswad

Hajar Aswad yang semula berwarna putih ketika pertama kali diturunkan ke muka bumi, kini berwarna hitam. Mengapa demikian?

Dalam buku Tuntunan Manasik Haji terbitan Kementerian Agama dijelaskan, manusia adalah makhluk mulia dan dimuliakan Allah Subhanahu wa ta’ala, sementara batu adalah makhluk mati yang tak berakal. Kemuliaan yang diberikan kepada manusia kerap membuatnya lalai dan lupa akan hakikat statusnya sebagai hamba. Maka untuk mengingatkannya, manusia diperintahkan mencium makhluk dengan derajat yang lebih rendah dibanding dirinya, agar dia tak sombong dan jumawa di depan makhluk-makhluk Allah Subhanahu wa ta’ala yang lain. Apalagi di hadapan Sang Pencipta.

Dalam riwayat dari Ibnu Abbas, diceritakan bahwa Hajar Aswad dulu berwarna putih, tapi karena sering dijamah tangan manusia yang penuh dosa, dia berubah menjadi hitam. Karena berubah menjadi hitam, disebutlah makhluk itu sebagai Hajar Aswad yang dalam bahasa Arab bermakna Batu yang Hitam.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « الْحَجَرُ الأَسْوَدُ مِنَ الْجَنَّةِ وَكَانَ أَشَدَّ بَيَاضاً مِنَ الثَّلْجِ حَتَّى سَوَّدَتْهُ خَطَايَا أَهْلِ الشِّرْكِ.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hajar aswad adalah batu dari surga. Batu tersebut lebih putih dari salju. Dosa orang-orang musyriklah yang membuatnya menjadi hitam.” (HR At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas RA).

Ibnu Hajar al-Asqallani menjelaskan, warna hitam Hajar Aswad memberikan petunjuk bahwa jika warna batu saja dapat berubah menjadi hitam legam karena disentuh manusia yang kerap berbuat salah dan dosa, bagaimana dengan hati manusia?

Tentu hati akan lebih mudah berubah menjadi hitam jika pemiliknya sering berbuat dosa dan kesalahan. Mencium Hajar Aswad mengajarkan manusia agar senantiasa mengingat bahwa daya rusak dosa dan maksiat sangatlah besar.